Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.
Yang terhormat Dewan Juri,
Yang terhormat Bapak/Ibu Guru,
Yang saya kasihi teman-teman pelajar sekalian,
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmatNya kepada kita semua sehingga dapat berkumpul di tempat ini dalam keadaan sehat dan bahagia. Izinkan saya memperkenalkan diri saya, Humairo’ Qurota A’yun, perwakilan dari MTs Santri Perbatasan Timur, ingin menyampaikan pidato berjudul “Bijak dalam Mengonsumsi Gula”.
Di sekolah kami, terdapat program rutin kuliah kesmas (kesehatan masyarakat) untuk para santri di setiap pekannya yang disampaikan oleh ibu guru kami –atau ustadzah kami biasa menyapanya. Maka diantara pembahasan yang paling menarik bagi kami para santri adalah tentang “gula”. Karena ini terkait dengan kehidupan kita semua sehari-hari yang menyukai makanan dan minuman manis. Sesuatu yang dianggap remeh namun ternyata telah diatur dalam undang-undang Kementrian Kesehatan. Bahkan, kantin di sekolah kami sudah perhatian terhadap isu gula ini, dengan membatasi dan mengatur konsumsi jajanan minuman manis para santrinya.
Pada kesempatan kali ini saya ingin mengajak hadirin sekalian untuk lebih sadar dan bijaksana dalam mengonsumsi minuman manis dan berwarna. Tak kenal maka tak sayang. Oleh karena itu, mari kita berkenalan dengan gula. Gula dalam jumlah yang cukup adalah sumber energi untuk beraktivitas dan berkonsentrasi. Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, konsumsi gula dalam satu hari dianjurkan sebesar 10% dari total energi (200 kilokalori). Jika kita konversikan ke dalam takaran berat, maka tidak boleh lebih dari 50gram atau setara dengan 4 sendok makan. Gula/glukosa yang dikenali tubuh kita bukan hanya bersumber dari gula pasir atau gula aren saja, namun juga yang terkandung dalam nasi, dalam buah-buahan, dan makanan pokok lainnya.
Saat masuk ke dalam tubuh, gula akan di atur jumlahnya dalam darah oleh organ pankreas, yaitu dengan dihasilkannya hormon insulin yang bekerja menawarkan gula ke berbagai organ tubuh. Dalam kondisi yang cukup, organ-organ tubuh kita seperti otak dan otot akan menggunakan gula sebagai energi untuk bekerja. Namun jika jumlah asupan gula terlalu berlebihan dan terus-menerus, maka tidak hanya menimbulkan kegemukan dan kerusakan gigi, lama-kelamaan pankreas kita bisa kelelahan dan rusak sehingga tidak dapat memproduksi insulin lagi. Dari situ timbullah penyakit Diabetes Mellitus yang merupakan gerbang dari segala penyakit ganas lainnya seperti gagal ginjal, penyakit jantung, hipertensi, stroke, bahkan gangguan saraf.
Hadirin yang terhormat,
Walaupun belum ada penelitian secara ilmiah, tapi akhir-akhir ini di sosial media banyak pakar kesehatan yang menyampaikan keresahannya sekaligus memberi edukasi mengenai fenomena minuman kekinian dan kaitannya dengan peningkatan jumlah pasien cuci darah di kalangan anak usia sekolah. Untuk diketahui, berdasarkan data dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) di Jakarta, pasien cuci darah pada anak usia sekolah mengalami peningkatan 70 kali lipat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Artinya, jika tahun sebelumnya pasien usia sekolah yang mengalami kegagalan ginjal adalah 10 orang, maka tahun ini jumlahnya meningkat menjadi 700 orang.
Hadirin yang berbahagia,
Dengan sifatnya yakni menimbulkan ketagihan, industri gula sangatlah menjanjikan. Maka tak heran jika pedagang minuman manis berbagai rasa telah menjamur di kehidupan kita saat ini. Di tengah gempuran banyaknya minuman manis kekinian dan kemasan pabrikan yang sangat menarik itu, kita harus menyikapinya dengan cara bijaksana dalam mengonsumsinya dengan menjadikan produk tersebut sebagai minuman rekreasi sekali-kali, bukan minuman utama. Saat membeli makanan dan minuman kemasan pabrik, kita juga bisa menghitung konsumsi gula dengan cara mencermati label kandungan gizi (nutrition facts) yang tertera di kemasannya. Di awal-awal, memang terkesan merepotkan. Namun kebiasaan sederhana ini bisa berdampak besar bagi kesehatan kita.
Bapak/Ibu guru, dewan juri, dan teman-teman yang saya cintai,
Gula bukan untuk ditakuti, hanya perlu untuk kita perhatikan jumlahnya yang masuk ke tubuh kita. Mari kita budayakan gaya hidup sehat diantaranya:
- Kurangi cemilan kemasan, diganti dengan makanan yang minim olahan.
- Memperkirakan jumlah takaran gula sebelum kita menelan minuman dan makanan manis
- Membaca label informasi gizi yang tertera pada kemasan, dan
- Membawa tumbler atau botol minum berisi air bening di setiap aktivitas kita.
Hadirin sekalian, sebagai penutup saya ingin mengutip satu kalimat bijak dari Paman Mario Teguh, “Jangan jadi anak muda yang enjoy saja waktu muda, tapi rusak kesehatannya saat tua karena kebiasaan buruk.” Karenanya, saya ingin mengajak semua teman-teman, jika kita ingin masa tua kita tetap sehat dan bugar, mari mulai dari diri sendiri disiplin berperilaku hidup bersih dan sehat, salah satunya adalah dengan bijak mengonsumsi gula harian. Tentunya generasi yang bergaya hidup sehat dan berkualitas akan berguna bagi bangsa dan pembangunan negara.
Demikianlah pidato ini saya sampaikan. Apabila ada salah-salah kata saya mohon maaf. Semoga bermanfaat dan dapat diterapkan mulai hari ini. Saya ucapkan terima kasih atas perhatian dari hadirin semua. Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh.
1 komentar untuk “Buletin Jumat ke – 7 : BIJAK DALAM MENGONSUMSI GULA – Humairo’ Qurota A’yun”
Terimakasih atas pemberitahuan tentang bahayanya konsumsu gula terlalu banyak bagi kesehatan, tidak dipungkiri dalam keseharian kita di suguhkan dengan berbagai olahan makanan yg banyak mengandung gula, di usia yg 40 tahun ke atas kita harus memilih dan memilah apa yg kita makan. Sekali lagi terimakasih atas pemberitahuan, semoga kita di beri kesehatan oleh Alloh SWT. aamiin